Saturday, December 4, 2010

Saya adalah Tokoh Utama (Monday, August 28, 2006)

Diri sendiri menjadi tokoh utama, kerabat menjadi pemeran pembantu, dan orang-orang di sekitar kita menjadi para figuran. Lihat ke sekeliling. Siapa nama penghuni rumah tiga rumah dari rumah kita? Tidak tahu. Siapa dia? Tidak tahu. Apa perkerjaannya? Tidak tahu. Mengapa rumah-rumah itu ditinggali? Tidak tahu. Tapi kalau kosong pasti aneh rasanya. Ya, karena itu harus ada pemeran figuran yang memerankan tetangga pada serial TV. Pada masa yang serba primitive, yang tinggal di sebelah rumah kita adalah A si tukang kayu, B si tukang roti, C si dukun beranak. Tapi di zaman kita hidup sekarang, mereka semua bernama tetangga. Hantu. Siapa dia? Mahluk yang menyeramkan? Orang takut padanya tanpa menyadari bahwa si hantu pernah jadi manusia juga, pernah jadi anak kecil juga, mungkin meninggal sebelum beranjak dewasa. Ia pernah menjadi manusia juga, manusia yang takut hantu. Mobil-mobil dan motor di jalan. Mereka semua figuran. Karena kita tahu hari Senin akan macet total, maka pada hari itu mereka bersama-sama bergerak lambat. Seorang pengemudi kesal saat bersinggungan dengan mobil lain. Lalu pengemudi kedua mobil bersiteru tanpa pernah saling mengenal. Dia adalah pengemudi, tokoh utama, protagonist. Pengemudi lainnya adalah pemeran pembantu yang antagonis. Pada zaman di mana semua manusia menjadi tokoh utama bagi dirinya masing-masing, semua yang bertentangan dengan tokoh utama tersebut secara otomatis akan menjadi tokoh antagonis yang selalu salah, selalu jahat, dan harus selalu kalah, tidak boleh menang. Tokoh utama harus selalu menang. Jadi, siapa yang seharusnya menang dan siapa yang seharusnya kalah? Masing-masing individu adalah tokoh utama dan juga pemeran pembantu, mungkin juga figuran. Setiap individu adalah si tokoh protagonist dan juga antagonis. Lagipula, tokoh utama tidak selalu benar dan juga tidak selalu menang. Jadi, dalam hidup ini, haruskah selalu ada yang menang dan kalah?

No comments:

Post a Comment